5 BUKU BACAAN UNTUK SKM
Jika kita tidak bisa menebak apa yang akan datang, paling
tidak kita punya hak untuk membayangkan masa depan yang kita inginkan
(Eduardo
Galeano)
Menjadi
seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM), seharusnya adalah keputusan sadar bagi
mahasiswa yang terdaftar pada institusi pendidikan tinggi terkhusus Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Untuk itu, karena SKM sebagai varian yang masih tergolong
baru dalam jejeran tenaga kesehatan, diakui sebagai profesi adalah sebuah
kebutuhan. Meskipun itu masih akan menempuh jalan yang terjal.
Jika
mengacu pada kondisi hari ini, dan terlepas dari berbagai regulasi yang bertujuan untuk itu, sebuah pertanyaan
mendasar ialah; apakah SKM menjadi sebuah profesi hanya tanggung jawab dari
para penyelenggara pendidikan semata ?
Terlepas
dari silang sengkarut berbagai bentuk cara penyelenggara pendidikan terkhusus
Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut diatas, bagi saya,
seorang SKM (atau calon SKM) sudah seyogyanya mempersiapkan diri mulai dari
sekarang dalam menjawab tantangan zaman dikemudian hari.
Salah
satu yang bisa dilakukan adalah peningkatan kapasitas diri dari SKM itu
sendiri. Antara lain bisa bersumber dari berbagai bahan bacaan. Tentu saja
selain bahan bacaan yang didapatkan pada ruang-ruang kuliah. Hal ini menjadi sangat
penting, karena jika merujuk pada delapan kompetensi, seharusnya seorang SKM fasih
melakukan banyak hal. Mulai dari melakukan kajian dan analisis situasi
kesehatan masyarakat hingga kemampuan memimpin dan berfikir sistem.
Nah,
pertanyaan lanjutannya; bahan bacaan bagaimanakah yang bisa menunjang delapan
kompetensi tersebut ?
Berikut
ini saya akan ulas lima buku yang menurut saya bisa menjadi pilihan dan dalam
rangka mewujudkan niatan diatas. Sebagai berikut:
1. FILSAFAT UNTUK PARA PROFESIONAL (A. Setyo Wibowo dkk, Penerbit Buku KOMPAS, 2016)
Sebelum
saya mengulas sedikit buku ini, saya ingin pastikan kepada tuan dan puan sekalian,
meski ada kata filsafat-nya, buku ini cukup mudah dicerna. Dan, jangan
dibandingkan dengan diktat Filsafat ketika kuliah.
Paham.
Tentu
anda bertanya, kenapa buku setebal 240 halaman ini yang pertama. Secara
pribadi, alasannya sangat subyektif. Selain itu, karena buku ini sangat berbeda
jauh dengan kebanyakan bacaan bertajuk filsafat yang membikin tuan dan puan
sekalian mengernyitkan dahi. Juga karena buku ini adalah kumpulan tulisan dari
para pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Anda
tahu sekolah itu ? jika belum, silahkan gunakan gawai anda untuk mencari tahu.
Saya
bisa lanjut ?
Mari
kita mulai.
Buku
ini menjadi menarik karena dibuka dengan membahas filsafat sebuah
profesi. Tentu saja ini bukan tanpa alasan. Karena jika mengacu pada judulnya,
titik tekan pembahasan buku ini adalah pada kata “Para Profesional”. Artinya,
saat F. Budi Hardiman sebagai penyunting
meletakkan tulisan “Platon dan Komitmen Profesi” dimuka, bisa jadi masih dalam rangka mengantar pemahaman
pembaca terlebih dahulu.
Makanya,
menurut saya buku ini penting menjadi bahan bacaan bagi SKM, setidaknya sebagai
persiapan sebelum nantinya SKM menjadi sebuah profesi. Karena bagi A.Setyo
Wibowo (penulis), kata profesi sebenarnya bukan saja bermakna memiliki keahlian
yang khas (kompetensi), tapi juga bermakna pernyataan didepan umum berkenaan
dengan kepercayaan/opini/atau tingkah laku tertentu (Hal 2). Sehingga kemudian
dalam perkembangannya, sebuah profesi diwajibkan mengucapkan sebuah janji
profesi.
Esai
lain di dalam buku ini yang juga memiliki hubungan (baik langsung maupun tidak
langsung) dengan keilmuan kesehatan masyarakat selain yang tadi, ialah; “Epikuros untuk para Konsultan Diet” (B.
Herry Priyono), “Marcuse versus
Perusahaan Iklan” (J. Sudarminta), dan yang terakhir “
Merleau-Ponty untuk Para Perawat Tubuh” (Thomas Hidya Tjaya).
Nah,
buku yang merupakan kumpulan esai dari 10 orang ini bagi saya sangat penting
dan merupakan sebuah kerugian jika tidak menjadi bahan bacaan terutama untuk
para SKM yang belakangan ini sedang bersiap dan memantaskan diri sebagai sebuah
profesi.
Untuk
mendapatkannya, silahkan anda cari sendiri.
Setelah
buku filsafat profesi diatas, buku selanjutnya yang menurut saya juga penting
bagi SKM adalah; MUKADDIMAH karya Ibnu Khaldun yang mulai ditulis tahun 777
H/1377 M.
Sebelum
mendedah buku ini, satu hal yang juga perlu saya sampaikan di sini adalah buku
ini cukup tebal (1112 Halaman). Saking tebalnya, seorang kawan dengan satir
berkata; “bahasan Mukaddimah (pembuka)
saja setebal ini, bagaimana dengan isinya”
Jadi,
betapa gelar bapak Sosiologi sekaligus Filsafat Sejarah dan Politik adalah
sepadan untuk seorang Ibnu Khaldun. Atau info yang paling teranyar, ketika pemilik
jejaring sosial terbesar berlogo huruf F dan B yang begitu mengidolakan beliau
adalah sebuah kepantasan.
Membaca
buku ini, anda akan menemukan sebuah struktur penulisan yang khas. Berbeda
dengan struktur penyusunan buku yang banyak beredar sekarang ini, susunan
tulisan --yang juga merupakan pengantar dari Kitab Al-Ibrar-- lebih seperti rangkuman analisa pengamatan dari berbagai
belahan dunia yang pernah beliau singgahi serta dipadukan dengan berbagai
buku/kitab yang juga merupakan sumber rujukan beliau.
Jadi,
ketika tuan dan puan membaca Mukaddimah
ini, tuan dan puan sekalian tidak akan menemukan pembagian berdasarkan BAB.
Ibnu Khaldun membagi pembahasan tema-tema besarnya dalam istilah Pasal. Dan,
buku setebal 1112 halaman ini terdiri dari enam pasal. Di setiap pasal sendiri
cukup beraneka ragam jumlah uraiannya.
Ambillah
contoh Pasal ketiga yang membahas “Kerajaan-Kerajaan
Secara Umum, Kerajaan Kekhalifaan, Jabatan Kepemimpinan , Dan Semua Yang
Berhubungan Dengannya”, terdiri dari 53 kelompok uraian (Hal. 254-586).
Jumlah uraian tadi lebih banyak dibandingkan dengan Pasal Keenam yang hanya
terdiri dari 50 kelompok uraian, dimana pada bagian ini Ibnu Khaldun membahas “ Berbagai jenis Ilmu Pengetahuan., Metode
Pengajaran, Cara Memperoleh dan berbagai dimensinya, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya” (Hal. 792-1075).
Terus,
apa hubungan ilmu kesehatan masyarakat dengan buku yang ditulis ribuan tahun lalu
ini?
Untuk
pembahasan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dimulai dari
Pasal pertama. Yang mana, pada pasal ini Ibnu Khaldun membuka pembahasannya
pada hakikat manusia sebagai machluk sosial. Dimana kondisi tersebut berangkat
dari kenyataan bahwa manusia senantiasa membutuhkan manusia yang lain dalam
pemenuhan kebutuhannya (Hal. 69).
Selain
itu, dalam memenuhi kebutuhan manusia memerlukan perkakas. Untuk kelompok
perkakas ini kemudian Ibnu Khaldun menitikberatkan pada konteks dimana manusia
atau kelompoknya hidup. Sudah barang
tentu, berangkat dari analisis tersebut masyarakat berserta penyakit yang
mengikutinya juga berhubungan.
Masih
pada pasal ini, Ibnu Khaldun juga membahas pembagian iklim berdasarkan
geografi. Tidak tanggung-tanggung, dalam analisisnya kawasan iklim terbagi atas
tujuh. Selain itu, terdapat penjelasan hubungan antara pengaruh udara dan warna
kulit manusia dan berbagai macam kondisinya (Hal. 124).
Selain
pasal pertama, setidaknya masih ada lagi beberapa uraian yang tersebar pada
beberapa pasal setelahnya. Ambillah contoh pada pasal kedua (Peradaban Badui, Bangsa-Bangsa Dan Kabilah
Liar, Serta Kondisi Kehidupan Mereka, Ditambah Keterangan Dasar Dan Kata
Pengantar), Ibnu Khaldun membahas secara tersirat fenomena bermasyarakat
dan segala dampak yang ditimbulkan termasuk permasalahan kesehatan masyarakat
tentu saja (Hal. 174). Atau uraian kelimabelas masih dalam pasal kedua ini,
Ibnu Khaldun membahas umur sistem organisasi kepemimpinan (Hal. 212), yang mana
tentu saja bisa menjadi rujukan bagi SKM ketika ingin melatih kompetensi seorang pemimpin yang berfikir sistem.
Dan
masih banyak lagi.
Setidaknya
ada 34 uraian (bahkan lebih) yang bagi saya sangat berguna bagi SKM untuk
menopang delapan kompetensi tersebut diatas.
Jika
tuan dan puan tidak percaya, silahkan; cari, beli, dan baca sendiri.
3. Karya Lengkap TIRTO ADHI
SOERJO; Pers Pergerakan dan Kebangsaan(Penyusun; Iswaran Raditya dan Muhidin M
Dahlan, I:BOEKOE, 2008)
Saat
dunia memiliki dedengkot analisis masalah sosial; Ibnu Khaldun dengan salah
satu Magnum Opus berjudul Mukaddimah, maka sebenarnya Indonesia
juga memiliki Tirto Adhi Soerjo (TAS) sebagai pribumi yang dengan kemampuan
mendedah persoalan, juga tidak kalah tajamnya. Walaupun bentuk analisisnya
lebih dikhususkan untuk konteks ke-Indonesia-an yang ingin lepas dari
penjajahan dan penindasan, tetap saja memberikan banyak informasi terkait
kondisi Indonesia ketika itu.
Dalam
buku kumpulan karya lengkap TAS yang pernah dimuat pada berbagai
koran kisaran rentang waktu 1902-1909, para penyusun mengelompokkan enam
tema besar. Antara lain: jurnalisme, dunia pers, penggerak
organisasi, kesehatan, kronikus, dan yang terakhir sastrawan.
Dan semuanya adalah semesta pemikiran TAS yang terdokumentasi.
Jika
tuan dan puan masih asing dengan nama Tirto Adhi Soerjo, bagi saya itu wajar. Selain
buku karya lengkap TAS ini, sosok beliau secara tersirat hanya dikenalkan oleh
Pramoedya Ananta Toer dalam tetralogi Buru. Beliau diperkenalkan dalam sosok
Minke. Atau lebih vulgar lagi dalam karya Pramoedya berjudul Sang Pemula. Setelah itu menurut saya tidak ada lagi hingga tahun
2008 Kumpulan tulisan ini disatukan dalam sebuah buku.
Tentunya
ini bukan sebuah upaya yang mudah,
karena bahkan kedua tim penyusun (Muhidin M Dahlan dan Iswara M Raditya) belum
dilahirkan ketika TAS sudah berjibaku untuk menjadi motor penggerak bangsa terperentah. Sehingga mengumpulkan
tulisan yang tersebar dalam berbagai media cetak pada rentang waktu tersebut
membutuhkan energi yang tidak sedikit.
Dan
kepada kedua penyusun tersebut saya ucapkan banyak terima kasih.
Jika
mengacu pada jumlah halaman, buku ini terbilang cukup tebal. Bayangkan, jumlah
halamannya; 1060. Tebal, bukan?
Selain
memperkenalkan sosok TAS melalui pikiran-pikirannya kepada khalayak, melalui
buku ini juga kita bisa mengetahui sejarah jurnalisme di Indonesia. Salah
satunya; mendedah koran pertama di Republik yang di kelola sepenuhnya oleh anak
bangsa. Adalah pada 7 Februari 1903, untuk pertama kalinya terbit koran Soenda
Berita yang dimodali, diisi oleh tenaga-tenaga boemiputra sendiri (Hal 17).
Yang
cukup menarik dari sosok TAS, beliau secara serius memperdalam berbagai aspek
dalam usahanya menjadi motor pengerak pergerakan. Mulai dari mengasah kemampuan
jurnalismenya, hukum, ekonomi, hingga kesehatan. Untuk yang terakhir ini sangat
erat hubungannya dengan ilmu yang didapatkan ketika menjadi salah satu siswa di
STOVIA. Meski akhirnya tidak selesai, tidak membikin TAS melupakan pengetahuan
yang didapatkan selama enam tahun di STOVIA.
Tidak tanggung-tanggung ada 22 artikel (hal. 668 – 743) ditulis TAS dalam rentang 1902-1909. Tentu saja diluar artikel lain yang bertema pergerakan, pers, hukum, bahkan sastra. Cukup produktif, bukan?
Terkhusus
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, bisa dikatakan hampir semua dari
keduapuluhdua tulisan tersebut. Ambillah contoh tulisan berjudul: “ Hal Air
Minoeman “ yang terbit pada koran Poetri
Hindia No. 17 Tahun 1909 (Hal. 717). Gagasan besar tulisan ini adalah segala
ihwal air minum. Atau meminjam istilah yang jamak hari ini adalah Pengolahan
Air Minum Tingkat Rumah Tangga (PAM-RT).
Bahkan, informasi tentang pengolahan air sebelum diminum sudah
sedemikian modernnya yang diperkenalkan TAS ketika masa itu.
Atau
tulisan berjudul; “ Pendjagaan dan Pemeliharaan Gigi” yang terbit pada koran Poetri Hindia No. 17 tahun 1909. Dalam
tulisannya, TAS menyampaikan segala hal yang berhubungan dengan menjaga
kesehatan mulut. Dan isi pesannya tidak jauh berbeda dengan berbagai iklan
pasta gigi saat ini. Sekali lagi, ini masih dalam rangka memperkenalkan kepada
anak bangsa terprentah akan pentingnya menjaga kesehatan.
Selain
berbagai informasi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, upaya TAS ini
juga bisa dimaknai untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ketika itu.
Dan, sekali lagi untuk seorang (atau calon) SKM, merupakan informasi berharga.
Karena dengan membaca kumpulan tulisan tersebut, kita (SKM) akan mendapatkan
banyak informasi terkait sejarah dan informasi kesehatan masyarakat yang
terjadi dalam kurun waktu 1902-1909.
Sekali
lagi, jika tuan dan puan merasa ingin menyelami ilmu kesehatan masyarakat,
saran saya sebaiknya membaca buku ini. Dan, jika beruntung sebaiknya lagi
memasukkan buku ini di dalam salah satu daftar koleksi pribadi.
Untuk
mendapatkannya, silahkan ke desa Sewon, Bantul, Yogyakarta. Cari Radio Buku.
Dan, belilah.
4. Teori Pergerakan Sosial
(Robert Mirsel, Resis Book, 2006)
Bagi penerbit, salah satu kelebihan buku ini adalah
penulisnya merupakan warga negara Indonesia. Meski berisi pemikiran dari Eropa,
tidak mengurangi makna dari buku ini dalam menyuguhkan berbagai hal yang
berhubungan dengan Pergerakan Sosial di Dunia. Sekaligus, ini bisa menjadi
salah satu panduan dari SKM kedepannya. Bukankah salah satu komponen dari SKM
adalah perubahan prilaku yang akan bermuara pada gerakan sosial ?
Buku setebal 272 halaman ini terbagi atas dua bagian
pembahasan (VIII BAB). Masing-masing pembahasan saling berkaitan dan menyusun
sebuah pengetahuan besar terkait pergerakan sosial. Untuk itu, membaca buku ini
tidak bisa jika kita melompat-lompat.
Untuk bagian pertama, penulis memperkenalkan kepada pembaca
kilasan sejarah perkembangan teori-teori gerakan masyarakat. Dimulai dengan
berbagai perubahan dalam bidang pengetahuan (Hal 7-15) hingga periodisasi teori
pergerakan masyarakat secara global (Hal 21 – 119).
Sebagai contoh; menurut penulis perbahan dari waktu ke waktu teori pergerakan sosial dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, tekanan internal. Tekanan internal adalah teka-teki yang masih tersembunyi dan belum terjawab (hal. 9). Untuk itu, lanjut penulis, berbagai upaya bisa dilakukan. Antara lain; mencoba merumuskan kembali, merevisi atau malah diganti. Kesemuanya masih dalam rangka keluar dari tekanan internal tadi.
Kedua, adalah tekanan eksternal. Berbeda dengan tekanan internal, secara eksternal perkembangan teori pergerakan sosial dipengaruhi oleh perkembangan budaya masyarakat. Bahkan, bisa juga dipengarui oleh pergeseran-pergeseran pemikiran yang terjadi secara global. Sehingga menurut penulis, ada dua macam tekanan eksternal. Pertama, terdiri dari pergeseran-pergeseran dalam gaya pemikiran, dan kedua aliran pemikiran.
Sehingga bagi penulis, teori pergerakan sosial atau masyarakat tidak bisa lepas dari perkembangan masyarakat itu sendiri.
Sebagai contoh; menurut penulis perbahan dari waktu ke waktu teori pergerakan sosial dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, tekanan internal. Tekanan internal adalah teka-teki yang masih tersembunyi dan belum terjawab (hal. 9). Untuk itu, lanjut penulis, berbagai upaya bisa dilakukan. Antara lain; mencoba merumuskan kembali, merevisi atau malah diganti. Kesemuanya masih dalam rangka keluar dari tekanan internal tadi.
Kedua, adalah tekanan eksternal. Berbeda dengan tekanan internal, secara eksternal perkembangan teori pergerakan sosial dipengaruhi oleh perkembangan budaya masyarakat. Bahkan, bisa juga dipengarui oleh pergeseran-pergeseran pemikiran yang terjadi secara global. Sehingga menurut penulis, ada dua macam tekanan eksternal. Pertama, terdiri dari pergeseran-pergeseran dalam gaya pemikiran, dan kedua aliran pemikiran.
Sehingga bagi penulis, teori pergerakan sosial atau masyarakat tidak bisa lepas dari perkembangan masyarakat itu sendiri.
Untuk bagian kedua, penulis memberikan gambaran soal
perbedaan gerakan-gerakan kemasyarakat yang berhubungan dengan waktu dan ruang
(hal. 209-235).
Hubungannya dengan kebutuhan SKM, terletak pada pentingnya memahami segala aspek yang berhubungan dengan pergerakan sosial. Yang mana nantinya akan bermuara pada sebuah (pengkondisian) gerakan masyarakat. Pendeknya, dengan pemahaman akan teori pergerakan sosial, seorang SKM tidak akan terjebak dalam kesalahan analisis sebuah kondisi kemasyarakatan.
Bukankah buku ini menjadi sangat penting untuk tuan dan puan sekalian yang memiliki gelar SKM atau bercita-cita mendapat gelar SKM dengan delapan kompetensi tersebut ?
Hubungannya dengan kebutuhan SKM, terletak pada pentingnya memahami segala aspek yang berhubungan dengan pergerakan sosial. Yang mana nantinya akan bermuara pada sebuah (pengkondisian) gerakan masyarakat. Pendeknya, dengan pemahaman akan teori pergerakan sosial, seorang SKM tidak akan terjebak dalam kesalahan analisis sebuah kondisi kemasyarakatan.
Bukankah buku ini menjadi sangat penting untuk tuan dan puan sekalian yang memiliki gelar SKM atau bercita-cita mendapat gelar SKM dengan delapan kompetensi tersebut ?
5. MEREKA BICARA FAKTA; Wajah
Sistem dan Regulasi Kesehatan Indonesia (Susanti dkk, INSISTPRESS, 2014)
Jika empat buku sebelumnya berbicara terkait filosofi,
kondisi masyarakat secara global,
kondisi masyarakat Indonesia dahulu kala, dan berbagai teori yang terkait
pergerakan sosial, maka buku terakhir ini berbicara wajah kesehatan hari ini.
Kiranya tuan dan puan jangan kaget dulu. Buku kelima tidak
berisi angka-angka kesakitan dan/atau berbagai jenis nama penyakit yang bahkan
untuk menyebutkannyapun bisa jadi lidah tuan dan puan akan keseleo.
Buku yang terakhir ini berisi kumpulan tulisan pemenang lomba blog “Wajah
sistem dan regulasi kesehatan Indonesia” tahun 2014. Tuan dan puan masih
ingat kejadian mogok massal dokter yang terjadi pada November 2013 ? lomba ini
bisa jadi adalah respons dari kondisi tersebut.
Kira-kira tuan dan puan sudah bisa paham bagaimana isinya?
Jika belum, saya akan ulas sedikit.
Dalam buku setebal 164 halaman ini berbagai masalah terkait
sistem dan regulasi kesehatan di Indonesia diurai. Mulai dari pelayanan
kesehatan (Judul tulisan; “Sandiwara di Rumah Sakit”, penulis
Susanti) hingga permasalahan yang muncul pada salah satu varian jaminan
kesehatan [Judul tulisan; “(bukan)Jaminan
Persalinan”, penulis Rodame Monitorir Napitupulu].
Selain uraian terkait permasalahan kesehatan, kumpulan
tulisan yang ada pada buku ini juga mengulas kisah-kisah positif atau
inspiratif yang berhubungan dengan kesehatan di Indonesia. Taruhlah
tulisan berjudul; “Lelucon Dan Sebuah Jaminan Kesehatan” yang berisi harapan akan
sistem jaminan kesehatan yang ternyata berdampak positif bagi masyarakat. Atau
tulisan yang berjudul; “Sebuah gerakan
Rumah Ramah Rubella”. Yang mana penulis berbagai kisah nyata seorang ibu
yang anaknya mengalami Rubella dan akhirnya mendorongnya untuk mendirikan Rumah
Ramah Rubella sebagai tempat mengedukasi publik.
Dan masih banyak lagi kisah lainnya. Jika tidak percaya,
silahkan cari, beli dan baca buku ini.
***
Kelima buku diatas tentu saja bukan satu-satunya. Dalam
artian masih banyak buku lain yang sebenarnya bisa digunakan sebagai penopang
dari terwujudnya delapan kompetensi seorang SKM. Selebihnya, tuan dan puan bisa
mencari sendiri berbagai bahan bacaan yang kiranya masih berhubungan dengan
delapan kompetensi itu sendiri.
Akhir kata, saya meminjam sebuah slogan dari Nurcholis
Madjid yang diucapkan pada Oktober 1986 di peresmian Yayasan Wakaf Paramadina.
Meskipun tema utuh dari sambutan ini adalah Islam dan keumatan, tapi bagi saya
tidak ada salahnya digunakan dalam rangka sebuah upaya memantaskan diri SKM
menjadi sebuah profesi; “....kita (SKM)
tidak bisa menjadi siapapun, tetapi kita (SKM) bisa menjadi seorang yang
efektif dan berkomitmen...”
Begitulah kita (SKM) seharusnya.
Semoga.
Disclaimer: sumber gambar dari situs pablo by buffer, tokopedia, detik.co, indonesiasati.co, dan rodame.wordpress.com