MEMBINCANG TANGKI SEPTIK
Sudahkah anda
Buang Air Besar hari ini? Dimana? Jika sudah, berapa kali? Saat kapan?
Bagaimana bentuknya? Cairkah? Lebih terang warnanya? Dan masih banyak lagi
pertanyaan jika kita ingin membahas segala hal terkait kotoran manusia.
Maaf, jika membukaanya
dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kotoran manusia atau secara jamak
disebut tinja. Bukan apa-apa, tapi terkadang kita masih sering mengesampingkan
ihwal tinja kita sendiri. Padahal, jika kita lebih jeli melihat dan mengamati
“barang” milik sendiri itu, dengan serta merta kita sedang membaca hasil tes
menyeluruh terhadap gambaran kondisi kesehatan kita. Entah itu berhubungan
dengan warnanya, bentuknya, bahkan ukurannya.
Bukankah ini
sangat menggembirakan ?
Namun begitu,
kali ini saya tidak sedang ingin membahas hal tersebut. Salah satu penyebabnya,
karena sudah ada yang membahas itu, tentu saja. Tapi jangan khawatir, yang akan
kita bahas masih ada hubungannya dengan tinja juga. Atau lebih tepatnya; penampungan
dan pengolahannya. Bagi saya, ini juga tidak kalah pentingnya, mengingat tinja
manusia jika tidak terkelola dengan baik justru akan menjadi sumber pencemaran baru
bagi lingkungan sekitarnya.
Mari kita mulai.
Penampungan dan
pengolahan. Kedua kata ini begitu teknis sifatnya. Karena penampungan dan
pengolahan juga berhubungan dengan bagaimana sebuah sistem tertentu bekerja.
Bagaimana dengan penampungan dan pengolahan tinja ?
Selain
penampungan dan pengolahan, kata lain yang juga berhubungan langsung dengan
tinja adalah pengangkutan. Namun karena pangangkutan secara otomatis akan
muncul ketika sistem penampungan dan pengolahan sudah berjalan. Saya mencba
membagi dua sistem pengangkutan tinja. Sistem pertama itu adalah sistem
langsung. Dimana, yang menjadi medianya adalah pipa yang langsung terhubung
dengan sistem pengolahan. Jadi, dari kloset kemudian tinja menuju bak control
dan kemudian mengalir ke sistem pengolahan
Sistem kedua,
adalah tidak langsung. Sistem ini dikatakan tidak langsung karena menggunakan
truk penyedotan tinja. Perbedaan mendasar sistem ini dengan yang sebelumnya
terletak pada jalur perjalanan tinja sebelum tahapan pengolahan. Jika
sebelumnya dari kloset langsung ke bak control dan kemudian diangkut atau lebih
tepatnya dialirkan menuju ke sistem pengolahan (Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja), untuk sistem kedua ini tidak.
Penampungan Tinja
Tanpa kata
tinja, penampungan bermakna proses, cara perbuatan menampung; penadahan;
penyambutan. Setidaknya, ini yang tetulis didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
5.0 (KBBI 5.0). Dari situ bisa kita simpulkan, bahwa kata penampungan ada
hubungannya dengan sebuah proses.
Hal yang tidak
jauh berbeda ketika kita hubungkan kata tinja dengan penampungan. Sehingga
kurang lebih bermakna proses, cara perbuatan menampung; penadahan; penyambutan
kotoran hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan keluar tubuh
melalui dubur. Lagi-lagi batasan ini bersumber dari KBBI 5.0.
Setelah memahami
batasan dari kata penampung tinja, bagaimanakah bentuk dari penampung tinja itu
sendiri ? perlu diingat, saya tidak sedang membicarakan kloset. Karena kloset
hanya medium untuk sampai ke penampung tinja itu sendiri. Jadi, kolset bukan
penampung tinja. Yang dimaksud dengan penampung tinja adalah Septik Tank.
Menariknya,
masing-masing daerah di Indonesia sudah mengenal ini dengan berbagai langgam
penyebutan. Misalnya; sopitang, atau bahkan menyebutnya sepitang. Namun begitu,
bagaimanapun penyebutannya, septik tank tetap dipahami sebagai penampung tinja.
Apakah masalah
penampung tinja ini sudah selesai ? saya kira belum. Sebagai penampung tinja
ada beberapa hal yang sebaiknya kita pahami. Dimulai dari pertanyaannya kenapa
tinja harus ditampung?
Sekilas
pertanyaan ini terdengar aneh. Namun saat dua kilas, pertanyaan ini bertujuan
untuk mendedah segala hal yang berhubungan dengan tinja itu sendiri. Pertama,
kandungannya. Secara garis besar minimal ada empat hal yang terkandung didalam
tinja, antara lain; Mikroba, Materi Organik, Telur Cacing, dan Nutrien.
Kedua, dampaknya.
Jika tinja tidak ditampung, keempat dari kandungan tersebut akan dengan mudahnya
masuk dalam tanah. Dan, tanah pun bisa tercemar.
Sehingga, tidak
ada alasan untuk tidak menampung tinja tadi. Kita belum berbicara soal
penyebaran penyakit akibat tidak tertampungnya tinja manusia dengan baik, bukan
?
Pertanyaan
lanjutnya, bagaimana penampung tinja yang benar ?
Pada prinsipnya
penampung tinja yang baik itu harus tertutup dan kedap air. Karena jika tidak,
bisa dipastikan limbah manusia yang nama lainnya blackwater, akan menjadi sumber penyakit melalui perantara entah
itu melalui tangan, serangga (lalat), melalui air, makanan, atau bahkan terserap
di tanah dan kemudian mencemari sumber air baku. Disebut mencemari karena
keberadaan komposisi kimia yang yang sangat kompleks – merupakan paduan dari
empat unsur tadi—yang kemudian berpotensi mencemari tanah. Salah satu contohya Chemical Oxygen Demand (COD).
COD, secara
harfiah bermakna (jumlah) kebutuhan oksigen agar suatu bahan kimia terurai
sempurna. Artinya, semakin tinggi COD semakin parah tingkat pencemarannya.
Sialnya, pada tinja manusia nilai COD-nya adalah 10.000 (mg/L), sedangkan nilai
COD yang ditoleransi hanya 80 (mg/L). Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya
kandungan kimia dari kotoran kita, bukan?
Jika anda
bertanya; bagaimana mungkin tinja yang kandungan COD-nya sedemikian besar
kemudian di tampung pada penampungan yang kedap air ? bukankah ini berpeluang
untuk menimbulkan tekanan ?
Jawaban dari
pertanyaan tersebut berhubungan dengan sistem pengolahan dari tinja tadi yang
ada didalam penampungan atau septik tank.
Pengolahan
Seperti halnya
kata penampungan, kata pengolahan menurut KBBI juga bermakna proses, cara,
perbuatan mengolah. Apalagi jika dihubungkan dengan kata penampungan, tentu
saja pembicaraan kita terkait tinja akan semakin meluas. Sehingga berbagai
bentuk penanganan dalam rangka mengurangi nilai COD dari tinja kita bisa
terwujud.
Alasan pertama
tinja kita yang tertampung didalam septik tank harus diolah adalah karena nilai
COD. Sehingga dibutuhkan suatu cara pengolahan tinja sehingga bisa menurunkan
nilai COD. Salah satu cara atau sistemnya adalah septik tank up flow filter. Sistem ini menjadi menarik
karena sistemnya sederhana. Cukup dengan memanfaatkan bakteri anaerob untuk
mengurai tinja dalam bilik kedua pada pipa-pipa atau bamboo yang berpean
sebagai filter sebelum dikeluarkan melalui pipa outlet.
Alasan kedua,
karena sistem pengolahan tersebut berfungsi menurunkan tekanan akibat tingginya
nilai COD pada tinja tadi. Karena itupula disetiap tanki septik yang kedap
pasti dibangun lubang hawa. Tujuannya tidak lain untuk mengeluarkan biogas yang
merupakan hasil dari pengolahan tinja tadi.
Alasan ketiga,
bisa berdampak positif pada kualitas kandungan air baku. Hal ini terutama berlaku
pada masyarakat perkotaan yang pemukimannya cenderung lebih padat. Sehingga
ancaman rusaknya sumber air baku ketika tanki septik tidak kedap tidak terjadi.
***
Akhir kata,
pembicaraan terkait tinja makin kesini makin menarik. Salah satu penyebabnya karena
ini juga berhubungan dengan manusia itu sendiri sebagai “penghasil” yang disaat
bersamaan jika tidak ditampung dengan benar dan dikelola dengan baik tentu saja
akan kembali menjadikan manusia sebagai korbannya. Walaupun, pembicaraan
terkait tinja dan pengelohannya bukan saja tentang penampungan, pengangkutan
dan pengolahan saja tetapi terkait hal teknis yang lebih spesifik juga.
Tanpa bermaksud
menghilangkan makna penting dari hal tehnis yang bersifat spesifik tadi,
penekanan tulisan ini terletak pada prinsip dasar sistem pengolahan tinja yang
aman.
Apakah tanki
septik dirumah anda sudah kedap?
Add caption |