HASTEK #kamitidaktakut DAN MASYARAKAT KITA
*HASTEK #kamitidaktakut
Dalam sehari, kemarin pasca peristiwa Tahmrin, wara-wiri hastek #kamitidaktakut sehubungan dengan
kejadian bom bunuh diri di kawasan Thamrin Jakarta. Bahkan sempat menjadi trending topic di salah
satu media social berlambang burung biru. Agak berbeda dengan respon masyarakat
kita terkait dengan peristiwa ledakan di Negara lain, untuk konteks Indonesia
kaum yang menasbihkan diri sebagai kelompok pembaharu poros tengah berusaha
untuk memutarbalik konsepsi dengan menyebarluaskan hastek kami tidak takut. Ini
berangkat dari kondisi ketika terjadi ledakan, kepanikan yang terjadi di lokasi
ledakan ternyata tidak merata, karena masih saja ada masyarakat yang tetap
berjualan sambil menikmati baku tembak
antara kelompok teroris dan polisi. Fenomena ini lagi-lagi menunjukkan bahwa
masyarakat kita terlalu terobsesi dengan sajian televisi yang akhirnya
mengenyampingkan resiko diri sendiri akan menjadi korban dari kejadian
tersebut.
Hastek ini menjadi menarik karena
ditengah kepanikan yang bisa berujung pada sentiment pasar, hastek ini diharap
mampu meredam hal tersebut terjadi. Karena sentiment pasar bisa berujung pada
melemahnya Rupiah di pasar global bisa berdampak domino pada segala hal. Namun
apa lacur ketika masyarakat berusaha untuk mencegah kepanikan social dengan
menyebarluaskan hastek tersebut kemudian tidak diikuti dengan pihak lain yang
justru memberi dampak signifikan pada kejadian kepanikan social di Jakarta
pasca terjadinya ledakan Bom, yaitu media. Ketika masyarakat justru berusaha
terlihat (seolah) tidak takut, justru portal-portal media mainstream membanjiri
pemberitaan dengan segala bentuk informasi yang bisa memicu kepanikan social
disaat yang bersamaan. Bisa dibayangkan ketika portal berita mainstream sekuat
mungkin mencegah sentiment pasar pasca kejadian tersebut justru hanya mempekuat
posisi Rupiah untuk melemah.
Ini kita belum berbicara bagaimana
akhirnya informasi ini tersebar dari mulut kemulut ketika terjadi dialog di
masyarakat, baik di angkot maupun di pasar misalnya. Masyarakat yang berada
diluar Jakarta hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa kemarin yang terjadi
adalah pengeboman di Jakarta, bukannya kejadian Pengeboman di kawasan Thamrin.
Informasi ini tentunya adalah informasi bias karena ada perbedaan besar antara
lokasi pengeboman dan Jakarta sebagai sebuah Provinsi. Tafisran dari kalimat “..Jakarta telah di bom..” adalah daerah
yang merupakan Ibu Kota Negara telah rata dengan tanah, sehingga akibatnya
Negara dalam keadaan Darurat Perang. Kalimat berita yang mengalami distorsi
ketika dilafazh kan oleh masyarakat
mungkin tidak keliru, mengingat bagi masyarakat luar Jakarta sulit untuk
membedakan antara jalan Thamrin yang mejadi lokasi kejadian kemarin dan Jalan
lain yang ada di Jakarta. Belum lagi sedemikian massifnya informasi yang
disuguhkan oleh portal media mainstream akan kejadi kemarin ternyata tidak
diikuti dengan informasi yang menjelaskan secara detil lokasi-lokasi lain di
Jakarta.
##MASYARAKAT KITA
Nah
seberapa kuat kemudian masyarkat dalam mempertahankan diri dari kepanikan
social ketika disaat bersamaan yang
menjadi lawan masyarakat bukan Teroris itu sendiri melainkan media mainstream
yang demikan massifnya memberitakan hal ihwal kejadian di kawasan Thamrin kemarin?.
Masyarakat kita bisa saja kuat, mengingat masyarakat kita telah sering
diguncang berbagai permasalahan mulai dari kenaikan BBM yang memberi efek
domino pada perekonomian hingga carut marutnya pelayanan kesehatan di nagara
ini. Lagi-lagi media mainstream tidak fair dalam memberitakan
permasalahan-permasalahan yang mengguncang masyarakat sebelumnya. Ketika Negara
lalai dalam menjalankan tugas menyehatkan masyarakatnya disaat bersamaan media
hanya sibuk mengurus laku para politikus yang relevansinya pada masyaakat
langsung hampir tidak ada. Ketika masyarakat bingung dengan pola kerja system Jaminan Kesehatan Nasional, media
mainstream justru sibuk dengan laku culas papa
minta saham.
Untuk itu sebenarnya jika mau jujur
hastek kami tidak takut bukan karena sosok penjual sate yang tetap tenang
berjualan ditengah baku tembak antara polisi dan teroris atau penjual asongan
yang dengan serius masih menjajakan dagangan diantara kerumunan orang yang
menonton baku tembak tersebut. Melainkan merupakan luapan alam bawah sadar
masyarakat kita akan respon terhadap ledakan bom social yang beberapa kali
telah mengguncang mereka sehingga masyarakat kita tidak lagi mengalami
ketakutan berlebihan dalam hal ini paranoid terhadap bom yang mengguncang
Kawasan Thamrin kemarin.
Disclaimer gambar:
Meme Peristiwa Bom sarinah, Sumber:Google.com