HASTEK #kamitidaktakut DAN MASYARAKAT KITA

Juni 20, 2016 Mashuri Mashar S.KM 0 Comments



*HASTEK #kamitidaktakut

Dalam sehari, kemarin pasca peristiwa Tahmrin, wara-wiri hastek #kamitidaktakut sehubungan dengan kejadian bom bunuh diri di kawasan Thamrin Jakarta.  Bahkan sempat menjadi trending topic di salah satu media social berlambang burung biru. Agak berbeda dengan respon masyarakat kita terkait dengan peristiwa ledakan di Negara lain, untuk konteks Indonesia kaum yang menasbihkan diri sebagai kelompok pembaharu poros tengah berusaha untuk memutarbalik konsepsi dengan menyebarluaskan hastek kami tidak takut. Ini berangkat dari kondisi ketika terjadi ledakan, kepanikan yang terjadi di lokasi ledakan ternyata tidak merata, karena masih saja ada masyarakat yang tetap berjualan sambil menikmati baku tembak antara kelompok teroris dan polisi. Fenomena ini lagi-lagi menunjukkan bahwa masyarakat kita terlalu terobsesi dengan sajian televisi yang akhirnya mengenyampingkan resiko diri sendiri akan menjadi korban dari kejadian tersebut.

            Hastek ini menjadi menarik karena ditengah kepanikan yang bisa berujung pada sentiment pasar, hastek ini diharap mampu meredam hal tersebut terjadi. Karena sentiment pasar bisa berujung pada melemahnya Rupiah di pasar global bisa berdampak domino pada segala hal. Namun apa lacur ketika masyarakat berusaha untuk mencegah kepanikan social dengan menyebarluaskan hastek tersebut kemudian tidak diikuti dengan pihak lain yang justru memberi dampak signifikan pada kejadian kepanikan social di Jakarta pasca terjadinya ledakan Bom, yaitu media. Ketika masyarakat justru berusaha terlihat (seolah) tidak takut, justru portal-portal media mainstream membanjiri pemberitaan dengan segala bentuk informasi yang bisa memicu kepanikan social disaat yang bersamaan. Bisa dibayangkan ketika portal berita mainstream sekuat mungkin mencegah sentiment pasar pasca kejadian tersebut justru hanya mempekuat posisi Rupiah untuk melemah.

            Ini kita belum berbicara bagaimana akhirnya informasi ini tersebar dari mulut kemulut ketika terjadi dialog di masyarakat, baik di angkot maupun di pasar misalnya. Masyarakat yang berada diluar Jakarta hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa kemarin yang terjadi adalah pengeboman di Jakarta, bukannya kejadian Pengeboman di kawasan Thamrin. Informasi ini tentunya adalah informasi bias karena ada perbedaan besar antara lokasi pengeboman dan Jakarta sebagai sebuah Provinsi. Tafisran dari kalimat “..Jakarta telah di bom..” adalah daerah yang merupakan Ibu Kota Negara telah rata dengan tanah, sehingga akibatnya Negara dalam keadaan Darurat Perang. Kalimat berita yang mengalami distorsi ketika dilafazh kan oleh masyarakat mungkin tidak keliru, mengingat bagi masyarakat luar Jakarta sulit untuk membedakan antara jalan Thamrin yang mejadi lokasi kejadian kemarin dan Jalan lain yang ada di Jakarta. Belum lagi sedemikian massifnya informasi yang disuguhkan oleh portal media mainstream akan kejadi kemarin ternyata tidak diikuti dengan informasi yang menjelaskan secara detil lokasi-lokasi lain di Jakarta.

##MASYARAKAT KITA

Nah seberapa kuat kemudian masyarkat dalam mempertahankan diri dari kepanikan social ketika disaat  bersamaan yang menjadi lawan masyarakat bukan Teroris itu sendiri melainkan media mainstream yang demikan massifnya memberitakan hal ihwal kejadian di kawasan Thamrin kemarin?. Masyarakat kita bisa saja kuat, mengingat masyarakat kita telah sering diguncang berbagai permasalahan mulai dari kenaikan BBM yang memberi efek domino pada perekonomian hingga carut marutnya pelayanan kesehatan di nagara ini. Lagi-lagi media mainstream tidak fair dalam memberitakan permasalahan-permasalahan yang mengguncang masyarakat sebelumnya. Ketika Negara lalai dalam menjalankan tugas menyehatkan masyarakatnya disaat bersamaan media hanya sibuk mengurus laku para politikus yang relevansinya pada masyaakat langsung hampir tidak ada. Ketika masyarakat bingung dengan pola kerja system Jaminan Kesehatan Nasional, media mainstream justru sibuk dengan laku culas papa minta saham.


            Untuk itu sebenarnya jika mau jujur hastek kami tidak takut bukan karena sosok penjual sate yang tetap tenang berjualan ditengah baku tembak antara polisi dan teroris atau penjual asongan yang dengan serius masih menjajakan dagangan diantara kerumunan orang yang menonton baku tembak tersebut. Melainkan merupakan luapan alam bawah sadar masyarakat kita akan respon terhadap ledakan bom social yang beberapa kali telah mengguncang mereka sehingga masyarakat kita tidak lagi mengalami ketakutan berlebihan dalam hal ini paranoid terhadap bom yang mengguncang Kawasan Thamrin kemarin.



Disclaimer gambar:
Meme Peristiwa Bom sarinah, Sumber:Google.com