Mantan dan PKI

Juni 20, 2016 Mashuri Mashar S.KM 0 Comments



Mantan. Kata ini, dengan berbagai variannya, ternyata sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Setidaknya karena si Mantan, akhirnya, hari ini kita mampu menjadi dewasa. Dan, karena mantan pula kita bisa menjadi tegar dalam segala masalah yang menimpa kita. Walau terkadang, tidak jarang mantan kemarin ternyata lebih menarik dikemudian hari. Disinilah letak persoalannya. Move on, menjadi sebuah kata yang sebegitu menyihirnya untuk bisa terhindar dari pengaruh mantan.
Menjadikan pasangan kita kemarin sebagai mantan, bisa jadi diluar perkiraan awal. Setelah didahului kata-kata saling membuai, masing-masing pasangan berjanji untuk tetap setia, setidaknya hingga akhir hayat. Namun apa lacur, meminjam sebuah adagium setiap pertemuan pasti ada perpisahan, maka bergesernya sebuah status sang terkasih menjadi sang mantan juga akhirnya hanya menunggu waktu. Dengan catatan syarat dan kondisi  berlaku tentunya.

Yah, syarat dan kondisi berlaku. Ini perlu dipertegas, karena ternyata dalam menjalin hubungan, terkadang kita lupa terhadap berbagai faktor x, yang justru memiliki pengaruh dalam sebuah hubungan akhirnya. Misalnya kehadiran orang ketiga. Dalam artian, sependek yang saya tahu, satu-satunya pasangan yang hingga hayat tak dikandung badan tidak beralih status menjadi mantan adalah pasangan Adam dan Hawa. Karena konon, merekalah manusia pertama yang berpasangan. Entahlah.

Dan parahnya, saat ini, pembahasan tentang mantan semakin menggila. Menyusul sekuel film A2DC, lagi-lagi menyoal pengaruh luar biasa mantan yang susah move on. Seolah semesta mendukung, pertemuan tokoh sentral Rangga dan Cinta yang (terkesan) tidak disengaja, atau lebih tepatnya dipaksakan oleh si pembuat film ini. Tanpa basa-basi, penonton film dipaksa untuk paham ego Rangga yang akhirnya menunda bertemu ibunya. Dan parahnya, justru karena  ego tersebut, secara tidak sengaja mengantar pertemuannya dengan Cinta. Aneh bukan?

Walau kemudian ujung cerita tersebut menampakkan kebahagiaan yang tak terkira antara mereka berdua, karena akhirnya mereka menyatu setelah sebelumnya masing-masing mendengarkan alasan kejadian yang menimpa hubungan mereka. Artinya, jika kisah cinta mereka berdua nyata, seharusnya saat ini mereka sedang jatuh cinta kedua. Dan bisa jadi saat ini mereka sedang saling memberitahukan kondisi atau dan seterusnya. Idih.

Dan harapan saya, semoga Cinta dan Rangga tidak berpisah lagi, bukan apa-apa, capek juga akhirnya jika harus menunggu 14 purnama lagi untuk kelanjutan sekuel film mereka, hufth.

Untuk itu, sekedar masukan untuk Cinta dan Rangga, jika ingin tidak terjebak dalam status mantan yang gagal move on akut, setidaknya belajarlah dari Bangsa ini. Iya, dari bangsa ini. Walau terkesan memaksakan, kisah Cinta dan Rangga, ada juga miripnya dengan perkembangan bangsa ini. Kemiripan yang dipaksakan pertama, ialah ketika Cinta dan Rangga dekat akhirnya membuat tokoh Borne akhirnya harus mengeroyok Rangga.

Karena sosok Borne yang digambarkan dalam film pertama A2DC merupakan sempurna namun Cinta menanggapinya dengan dingin, kita anggap saja sosok Borne mirip dengan golongan kanan dalam kabinet Soekarno. Karena jika merujuk pada hasil Pemilu pertama 1955, golongan kanan merupakan kelompok yang menguasai parlemen dan konstituante, mirip tokoh Borne yang nyaris sempurna untuk bisa mendampingi Cinta.

Walau begitu, ini tidak menjadikan mereka berpuas diri dan cenderung gelisah, karena masuknya PKI sebagai pemenang urutan keempat, mirip sosok Rangga yang kemudian masuk dalam hubungan antara Cinta dan Borne pada waktu itu. Meskipun jika mau jujur, alur cerita A2DC tidak menggambarkan sosok Rangga seperti tingkah Anak Baru Gede yang unyu-unyu saat ini, justru membuat Cinta terpesona, daaaan itu mirip dengan sepak terjang PKI di bawah pimpinan Aidit bukan ?.

Kemiripan yang dipaksakan kedua, ketika akhirnya si Cinta mengetahui bahwa Borne dan kawan-kawan mengeroyok Rangga, akhirnya Cinta menghindari Borne dan lambat laun akhirnya jadi dekat dengan Rangga, dan lagi-lagi mirip dengan keputusan Soekarno yang akhirnya “menghindari” kelompok kanan dan simpatisannya, bahkan memutuskan bahwa PSI sebagai partai terlarang pada waktu itu, serta disaat bersamaan semakin dengan PKI. Miripkan?, walau dipaksakan sebenarnya.

Akhirnya Cinta dan Rangga menjadi semakin dekat, setelah sebelumnya didahului dengan “insiden” di bandara serta janji kembali setelah satu purnama melalui kata-kata membuai yang tersurat. Mirip dengan akhirnya Soekarno jadi dekat dengan PKI, namun tetap menjaga kedekatan dalam level berbeda dengan simpatisan kelompok kanan dalam hal ini mereka yang berseragam.

Ternyata kedekatan Cinta dan Rangga tidak bertahan lama, karena akhirnya Rangga melalui sepucuk surat yang pendek, kemudian mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka. Namun kejadiannya berbeda dengan berakhirnya hubungan PKI dan Soekarno. Walau dengan cara yang tidak kalah hinanya dan konon dengan campur tangan pihak asing akhirnya kemesraan antara PKI dan Soekarno akhirnya diakhiri, parahnya konon ongkos perpisahan itu dibayar tunai dengan darah.

Kemiripan yang dipaksakan ketiga, setelah 9 tahun Cinta sudah berhasil move on dengan kisahnya bersama Rangga, kembali lagi rasa itu mengganggu, dan begitupun dengan apa yang dirasakan Rangga. Ah, kalian bisa aja. Mirip dengan kondisi belakangan ini, setelah 18 tahun bangsa ini sudah (seolah) move on terhadap ideologi PKI, eh, kemarin bangsa ini kembali terusik dengan rasa romantisme Soekarno dengan PKI.

Dengan dalih takut romantisme Soekarno dan PKI kembali membuncah serta tidak ingin ideologi terlarang itu bangkit lagi, sekelompok orang kemarin, melakukan sweeping terhadap segala hal yang berhubungan dengan setan komunisme. Berawal dengan diciduknya foto selfie unyu yang memakai atribut berlogo palu-arit, akhirnya gerakan ini meluas. Oh iya, ini mirip dengan adegan Cinta memeriksa kenangannya bersama Rangga bukan?ituloh benda-benda didalam box sepatu dari lemarinya.

Karenanya kisah Cinta dan Rangga memiliki kemiripan yang (sangat) dipaksakan, bukankah lebih  baik mereka belajar untuk kesekian kalinya dengan bangsa ini yang sekali lagi ternyata gagal move on. Walau sebenarnya gagal move on, salah satunya disebabkan karena si mantan hari ini lebih menarik dari yang kemarin, pertanyaannya apa menariknya ideologi yang sudah terlarang itu saat ini?trus kenapa kita masih mengalami paranoid berlebihan?

Makanya, baik Cinta maupun Rangga, saya mohon, kalo pun akhirnya kalian berpisah lagi, tolong, sebisa mungkin kalian lebih eleganlah nanti dibanding bangsa ini yang gagal move on kali ini. Bangsa ini terlalu unyu ketika gagal move on sekarang. Disaat Mahkamah Konstitusi sudah mencabut Undang-Undang pelarangan buku pada 13 Oktober 2010, kemarin, ada pihak Kejaksaan yang melakukan sweeping buku yang berbau kiri. Aneh bukan?

Ini kita belum berbicara tentang pembubaran paksa diskusi kelompok di Bandung, misalnya.

By the way, kalian, iya, kalian, sudah nonton Ey Ey Di Si Tu (AADC 2, dibaca bule) kan?atau kenal dengan Dedi Junaedi? Ituloh, orang yang lagi ngehits, Calon Kepala Purpesnas yang mendukung pemusnahan buku kiri. 



Disclaimer gambar:
salah satu meme film A2DC2, sumber: google.com