Mantan dan PKI
Mantan. Kata ini, dengan berbagai variannya, ternyata sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Setidaknya karena si Mantan, akhirnya, hari ini kita mampu menjadi dewasa. Dan, karena mantan pula kita bisa menjadi tegar dalam segala masalah yang menimpa kita. Walau terkadang, tidak jarang mantan kemarin ternyata lebih menarik dikemudian hari. Disinilah letak persoalannya. Move on, menjadi sebuah kata yang sebegitu menyihirnya untuk bisa terhindar dari pengaruh mantan.
Menjadikan pasangan kita kemarin
sebagai mantan, bisa jadi diluar perkiraan awal. Setelah didahului kata-kata
saling membuai, masing-masing pasangan berjanji untuk tetap setia, setidaknya
hingga akhir hayat. Namun apa lacur, meminjam sebuah adagium setiap pertemuan pasti ada perpisahan, maka bergesernya sebuah status sang terkasih menjadi sang mantan juga akhirnya hanya menunggu
waktu. Dengan catatan syarat dan kondisi berlaku tentunya.
Yah, syarat dan kondisi berlaku.
Ini perlu dipertegas, karena ternyata dalam menjalin hubungan, terkadang kita
lupa terhadap berbagai faktor x, yang justru memiliki pengaruh dalam sebuah
hubungan akhirnya. Misalnya kehadiran orang ketiga. Dalam artian, sependek yang
saya tahu, satu-satunya pasangan yang hingga hayat tak dikandung badan tidak
beralih status menjadi mantan adalah pasangan Adam dan Hawa. Karena konon,
merekalah manusia pertama yang berpasangan. Entahlah.
Dan parahnya, saat ini, pembahasan
tentang mantan semakin menggila. Menyusul sekuel film A2DC, lagi-lagi menyoal
pengaruh luar biasa mantan yang susah move on. Seolah semesta mendukung,
pertemuan tokoh sentral Rangga dan Cinta yang (terkesan) tidak disengaja, atau
lebih tepatnya dipaksakan oleh si pembuat film ini. Tanpa basa-basi, penonton
film dipaksa untuk paham ego Rangga yang akhirnya menunda bertemu ibunya. Dan
parahnya, justru karena ego tersebut,
secara tidak sengaja mengantar pertemuannya dengan Cinta. Aneh bukan?
Walau kemudian ujung cerita
tersebut menampakkan kebahagiaan yang tak terkira antara mereka berdua, karena
akhirnya mereka menyatu setelah sebelumnya masing-masing mendengarkan alasan
kejadian yang menimpa hubungan mereka. Artinya, jika kisah cinta mereka berdua
nyata, seharusnya saat ini mereka sedang jatuh cinta kedua. Dan bisa jadi saat
ini mereka sedang saling memberitahukan kondisi atau dan seterusnya. Idih.
Dan harapan saya, semoga Cinta
dan Rangga tidak berpisah lagi, bukan apa-apa, capek juga akhirnya jika harus
menunggu 14 purnama lagi untuk kelanjutan sekuel film mereka, hufth.
Untuk itu, sekedar masukan untuk
Cinta dan Rangga, jika ingin tidak terjebak dalam status mantan yang gagal move
on akut, setidaknya belajarlah dari Bangsa ini. Iya, dari bangsa ini. Walau
terkesan memaksakan, kisah Cinta dan Rangga, ada juga miripnya dengan
perkembangan bangsa ini. Kemiripan yang dipaksakan pertama, ialah ketika Cinta
dan Rangga dekat akhirnya membuat tokoh Borne akhirnya harus mengeroyok Rangga.
Karena sosok Borne yang
digambarkan dalam film pertama A2DC merupakan sempurna namun Cinta
menanggapinya dengan dingin, kita anggap saja sosok Borne mirip dengan golongan
kanan dalam kabinet Soekarno. Karena jika merujuk pada hasil Pemilu pertama
1955, golongan kanan merupakan kelompok yang menguasai parlemen dan konstituante,
mirip tokoh Borne yang nyaris sempurna untuk bisa mendampingi Cinta.
Walau begitu, ini tidak
menjadikan mereka berpuas diri dan cenderung gelisah, karena masuknya PKI
sebagai pemenang urutan keempat, mirip sosok Rangga yang kemudian masuk dalam
hubungan antara Cinta dan Borne pada waktu itu. Meskipun jika mau jujur, alur
cerita A2DC tidak menggambarkan sosok Rangga seperti tingkah Anak Baru Gede yang unyu-unyu saat ini, justru membuat Cinta terpesona, daaaan itu
mirip dengan sepak terjang PKI di bawah pimpinan Aidit bukan ?.
Kemiripan yang dipaksakan kedua,
ketika akhirnya si Cinta mengetahui bahwa Borne dan kawan-kawan mengeroyok
Rangga, akhirnya Cinta menghindari Borne dan lambat laun akhirnya jadi dekat
dengan Rangga, dan lagi-lagi mirip dengan keputusan Soekarno yang akhirnya
“menghindari” kelompok kanan dan simpatisannya, bahkan memutuskan bahwa PSI
sebagai partai terlarang pada waktu itu, serta disaat bersamaan semakin dengan
PKI. Miripkan?, walau dipaksakan sebenarnya.
Akhirnya Cinta dan Rangga menjadi
semakin dekat, setelah sebelumnya didahului dengan “insiden” di bandara serta
janji kembali setelah satu purnama melalui kata-kata membuai yang tersurat.
Mirip dengan akhirnya Soekarno jadi dekat dengan PKI, namun tetap menjaga
kedekatan dalam level berbeda dengan simpatisan kelompok kanan dalam hal ini
mereka yang berseragam.
Ternyata kedekatan Cinta dan
Rangga tidak bertahan lama, karena akhirnya Rangga melalui sepucuk surat yang
pendek, kemudian mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka. Namun
kejadiannya berbeda dengan berakhirnya hubungan PKI dan Soekarno. Walau dengan
cara yang tidak kalah hinanya dan konon dengan campur tangan pihak asing
akhirnya kemesraan antara PKI dan Soekarno akhirnya diakhiri, parahnya konon
ongkos perpisahan itu dibayar tunai dengan darah.
Kemiripan yang dipaksakan ketiga,
setelah 9 tahun Cinta sudah berhasil move
on dengan kisahnya bersama Rangga, kembali lagi rasa itu mengganggu, dan
begitupun dengan apa yang dirasakan Rangga. Ah, kalian bisa aja. Mirip dengan
kondisi belakangan ini, setelah 18 tahun bangsa ini sudah (seolah) move on terhadap ideologi PKI, eh,
kemarin bangsa ini kembali terusik dengan rasa romantisme Soekarno dengan PKI.
Dengan dalih takut romantisme
Soekarno dan PKI kembali membuncah serta tidak ingin ideologi terlarang itu
bangkit lagi, sekelompok orang kemarin, melakukan sweeping terhadap segala hal
yang berhubungan dengan setan komunisme. Berawal dengan diciduknya foto selfie
unyu yang memakai atribut berlogo palu-arit, akhirnya gerakan ini meluas. Oh
iya, ini mirip dengan adegan Cinta memeriksa kenangannya bersama Rangga
bukan?ituloh benda-benda didalam box sepatu dari lemarinya.
Karenanya kisah Cinta dan Rangga
memiliki kemiripan yang (sangat) dipaksakan, bukankah lebih baik mereka belajar untuk kesekian kalinya
dengan bangsa ini yang sekali lagi ternyata gagal move on. Walau sebenarnya gagal move
on, salah satunya disebabkan karena si mantan hari ini lebih menarik dari
yang kemarin, pertanyaannya apa menariknya ideologi yang sudah terlarang itu
saat ini?trus kenapa kita masih mengalami paranoid berlebihan?
Makanya, baik Cinta maupun
Rangga, saya mohon, kalo pun akhirnya kalian berpisah lagi, tolong, sebisa
mungkin kalian lebih eleganlah nanti dibanding bangsa ini yang gagal move on kali ini. Bangsa ini terlalu
unyu ketika gagal move on sekarang. Disaat Mahkamah Konstitusi sudah mencabut
Undang-Undang pelarangan buku pada 13 Oktober 2010, kemarin, ada pihak
Kejaksaan yang melakukan sweeping buku yang berbau kiri. Aneh bukan?
Ini kita belum berbicara tentang
pembubaran paksa diskusi kelompok di Bandung, misalnya.
By the way, kalian, iya, kalian,
sudah nonton Ey Ey Di Si Tu (AADC 2, dibaca bule) kan?atau kenal dengan Dedi
Junaedi? Ituloh, orang yang lagi ngehits, Calon Kepala Purpesnas yang mendukung
pemusnahan buku kiri.
Disclaimer gambar:
salah satu meme film A2DC2, sumber: google.com