Selamat Jalan Pak 'Liek
Pagi tadi, halaman akun sosmed saya dipenuhi dengan berita duka atas meninggalnya Koesalah Soebagyo Toer (Pak Koesalah). Sekilas nama itu tidak asing bagiku, setidaknya marga belakang Toer yang melekat. Sependek yang saya tau, jika seseorang meninggal dan kemudian menjadi perbincangan di dunia maya, pasti karena dia merupakan orang terkenal. Walau konsep terkenal bagi masing-masing kita, masih sangat bergantung pada subyektifitas individu.
Meski begitu untuk saya sendiri, pak Koesalah juga
mempengaruhi konsepsi saya tentang sastra di Indonesia, selain persoalan
sejarah Indonesia tentunya. Kali pertama saya bersentuhan dengan beliau, ialah
ketika “menikmati” karya Leo Tolstoy. Walau beliau hanya sebagai pengalihbahasa
novel tersebut dari bahasa Rusia ke bahasa Indonesia, sedikit banyak tidak
menghilangkan peran beliau dalam memperkenalkan karya sastra yang berkualitas
kepada kita.
*
Koesalah Soebagyo Toer, merupakan satu dari dua adik
Pramoedya Ananta Toer (Pram). Bersama sang kakak (Pram), beliau juga sering
berkolaborasi untuk sekedar melahirkan beberapa karya, salah satunya buku
Kronik Revolusi Indonesia (KPG,2005) dalam semua jilid. Selain itu, tidak bisa
dipungkiri melalui inisiatif beliau jugalah akhirnya kita bisa mengenal
beberapa karya sastra dunia, seperti Novel karya Anton Chekov, Leo Tolstoy,
dan Nikoloi Gogol.
Pria kelahiran Blora, 27 Januari 1935 ini juga
berkesempatan menuliskan buku yang mengupas sosok Pram di mata saudara melalui
buku Bersama Mas Pram-Memoar Dua Adik Pramoedya Ananta Toer (KPG,2009). Melalui
buku itu, pak Koesalah bercerita tentang sosok sang kakak yang banyak memberi
pengaruh kepada dua adiknya. Di buku situ pulalah pak Koesalah memberi
pengakuan bahwa yang sangat berpengaruh terhadap minat menulisnya adalah sang
kakak.
Pak Koesalah juga
merupakan salah satu alumni Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa (1960-1965)
untuk fakultas Sejarah dan Filologi. Ini merupakan salah satu pencapaian yang
tidak ternilai untuk beliau, setelah sebelumnya pada tahun 1954 beliau menjadi
bagian Fakultas Sastra Inggris di Universitas Indonesia, walau akhirnya pada
tahun 1958 beliau memutuskan untuk berhenti dari Universitas Indonesia.
Salah satu alasan kenapa akhirnya Pak Koesalah tidak
berhasil menyelesaikan studi di Universitas Indonesia adalah karena adanya
pekerjaan sampingan beliau. Selain sebagai mahasiswa beliau juga bekerja di
Kedutaan Cekoslowakia. Setelah awalnya hanya tertinggal beberapa jam kuliah
akhirnya menghambat total perkuliahan beliau.
Pengalaman di Universitas Indonesia ternyata tidak
menyurutkan minat Pak Koesalah untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.
Selepas dari Universitas Indonesia, Pak Koesalah kemudian mendaftarkan diri di
Universitas Kristen Indonesia, namun lagi-lagi itu tidak bertahan lama (juga).
Untuk mengisi waktu luang, akhirnya pak Koesalah
mengikuti kursus bahasa Rusia yang diadakan secara gratis oleh Badan Hukum
Kebudayaan Indonesia Soviet. Nanti pada tahun 1960, nasib baik dibidang
pendidikan akhirnya menghampiri Pak Koesalah, karena akhirnya bergabung di
Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa. Setelah lawatan Perdana Mentri Nikita
Kurchov di Indonesia, yang salah satu misinya memperkenalkan keberadaan
Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa di Moskow untuk pemuda-pemuda
Asia,Afrika, dan Amerika Latin.
Jika membaca informasi terkait hal diatas, ada 2 versi
yang berkembang, antra lain: masuknya Pak Koesalah di Universitas itu karena
Rekomendasi dari Soekarno dan masuknya Pak Koesalah hanya karena keinginan dari
beliau setelah mendapatkan rekomendasi dari Lie Se Ing (Guru kursus bahasa
Rusia yang pernah diikuti beliau). Apapun itu, bagi saya intinya beliau telah
menjadi bagian dari Universitas yang cukup bergengsi kala itu.
Entah berhubungan dengan atau tidak, kepulangan Pak
Koesalah dari Moskow kemudian diikuti dengan minat beliau untuk
mengalihbahasakan beberapa hal yang berhubungan dengan negara tersebut. Salah
satunya ialah ketika moment proses “diamankan”(atau lebih tepatnya pencidukan)
beliau bersama Pram oleh pemerintah di tahun 1965, dimana beliau sedang
menyelesaikan alih bahasa buku tentang Sepak Bola Sovyet yang akan diterbitkan
dalam bahasa Indonesia.
Sehingga tidak berlebihan akhirnya jika kemudian beliau
termasuk dalam lima sastrawan Indonesia yang mendapat penghargaan dari
Pemerintah Rusia, sebagai sosok sastrawan yang fokus pada penerjemahan Sastra
Rusia.
**
Namun kemarin, tepatnya 16 Maret 2016, Koesalah Soebagyo
Toer tutup usia pada pukul 08.30WIB di Rumah Sakit Graha Depok. Beliau wafat
pada usia 81 Tahun.
Indonesia tentunya merasa kehilangan seseorang yang
secara konsisten berkonstribusi terhadap tersebarluasnya karya-karya sastra
tingkat dunia.
SELAMAT
JALAN KOESALAH SOEBAGYO TOER,SETIDAKNYA BAPAK AKAN DAMAI DAN TENTRAM KARENA
BERTEMU DENGAN SANG KAKAK SAMBIL TERTAWA MENYAKSIKAN KAMI DISINI
BAHAGIALAH
DISANA PAK LIEK!!!!
Yogyakarta,18
Maret 2016
Disclaimer gambar:
Sumber: Tempo.com