Golongan Penyusup pada RAKERNAS VI PERSAKMI
Ilustrasi |
Mungkin belum terlambat untuk
mengucapkan selamat ber-RAKERNAS untuk PERSAKMI. Organisasi yang berisikan para
Sarjana Kesehatan Masyarakat yang tersebar diseluruh Indonesia ini melaksanakan
Rapat Kerja Nasional yang ke 6 pada tahun ini. Pelaksanaannyapun mengusung tema
yang serius: “ Urgensi Menyusun Road Map Pendidikan Profesi Kesehatan Masyarakat Tahun
2016”. Dari segi susunan kata dalam tema tersebut mengandung sikap
optimisme akan status PERSAKMI kedepannya sebagai satu-satunya wadah yang
dengan bangganya mengakui (hanya) berisi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Kali ini, bukan susunan kata demi
kata yang termaktub dalam tema Rakernas tersebut yang menarik perhatian saya,
selain karena tingkat kepercayaan saya terhadap tim penyusun yang sudah
melewati beberapa kali kajian yang mendalam untuk kondisi SKM hari ini, juga
karena segi optimisme yang terkandung didalamnya yang bagi saya patut
diapresiasi secara tulus. Namun saya tertarik dengan beberapa tagar yang
tersebar di linimasa sosial media ketika dihubungkan dengan eksistensi
organisatoris orang-orang yang ber-swafoto ria di depan x-banner kegiatan atau spanduk kegiatan itu.
Dari beberapa tagar yang beredar,
tagar yang menarik perhatian saya adalah PersakmiRumahSKM. Tagar ini ini seakan
mengisyaratkan kepada kita, khususnya pemilik gelar SKM diseluruh Indonesia, pernah
(minimal merasa) tidak memiliki rumah/wadah. Nah, pertanyaannya kemudian,
selama SKM belum memiliki atau minimal menyadari bahwa Persakmi adalah
Rumah/wadah mereka yang sah, kemanakah selama ini SKM bernaung. Kenyataannya
ada banyak jawaban untuk itu, misalnya kemudian masing-masing SKM menjadi bagian anggota dari kelompok alumni
khusus FKM untuk masing-masing kampus di Indonesia, atau paling sial akhirnya
berbaur dengan organisasi yang mengusung
tema kumpulan Ahli Kesehatan Masyarakat atau yang sejenis.
Sial, karena ternyata SKM berusaha
menyatu dengan siapapun dan dengan yang memiliki latar belakang keilmuan apapun
dalam organisasi tadi hanya karena semuanya menganggap ikut serta dalam upaya
kesehatan masyarakat, dan itu, pelan tapi pasti bisa saja menggerus eksistensi
seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat, baik kemurnian ilmu kesehatan masyarakat
maupun fokus dan lokus dari kesehatan masyarakat itu sendiri.
Pertanyaanya lagi, bagaimana
dengan reaksi orang-orang yang baik secara sadar maupun tidak masih bergabung
dalam organisasi itu terhadap realitas hari ini bahwa SKM sudah memiliki rumah
yang sah bernama PERSAKMI. Bagi saya, orang-orang tadi yang baik secara sadar
maupun tidak masih bergabung di organisasi tersebut dan memilih ikut serta
dalam RAKERNAS PERSAKMI tahun ini dikategorikan sebagai PENYUSUP.
Jika dibayangkan PERSAKMI sebagai
sebuah rumah, kiranya tidak keliru jika secara jujur kita akui rumah ini masih
terlalu dini untuk dikatakan sebagai rumah yang sempurna (rumah=wadah) dalam
sudut pandang apapun. Salah satunya, misalnya, karena umur dari rumah ini sendiri yang masih
terlalu muda jika dibandingan dengan rumah yang sejenis untuk kalangan tenaga
profesional kesehatan lainnya. Juga karena rumah ini, sebelumnya masih sering
mengalami pemugaran demi pemugaran (baca: gonta-ganti struktur, persoalan
eksistensi organisasi, dll). Namun, jika kita melihat itu (pemugaran demi
pemugaran) sebagai bagian dari niatan mencapai bentuk rumah yang lebih
sempurna, kiranya tidak mengapa.
Kembali ke para Penyusup tadi. Sebagai
sebuah rumah, wajar menurut saya jika ada saja pihak baik perseorangan maupun
kelompok yang kurang berkenan dengan semakin jelasnya keberadaan PERSAKMI secara
kelembagaan dari masa ke masa. Selain karena akhirnya PERSAKMI dianggap sebagai
ancaman bagi organisasi tersebut yang kebetulan sejenis, juga karena semakin
meningkatnya optimisme SKM terhadap PERSAKMI itu sendiri. Dan ini merupakan
salah satu dari sekian banyak alasan untuk menyusup di RAKERNAS PERSAKMI, selain
alasan salah dua, salah tiga, dan seterusnya tentu saja.
Secara garis besar, ada beberapa
golongan Penyusup pada RAKERNAS PERSAKMI yang bisa jadi turut hadir tahun ini,
diantaranya:
PENYUSUP Penggembira
Golongan pertama ini adalah
golongan yang masuk kategori selemah-lemahnya Penyusup. Karena berstatus
sebagai penggembira, mereka kemudian tidak punya targetan apapun yang terkait
PERSAKMI kedepannya, apa lagi pada RAKERNAS-nya. Selain itu Penyusup golongan
ini kebanyakan menjadi Penyusup karena terjebak. Dalam artian, ketika mereka
pulang dari acara RAKERNAS, tidak ada sedikitpun yang berubah dari sudut
pandangnya terhadap PERSAKMI. Karena kenyataanya, di tempat mereka berasal,
PERSAKMI tidak se-eksis di tempat lain.
Atau dengan kata lain, keberadaan
PERSAKMI tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kondisi kerja mereka selama
ini, dan justru organisasi lain yang berlabel kelompok ahli kesehatan masyarakat-lah
atau sejenisnya yang lebih berpengaruh di tempat asal mereka. Pada kondisi
inilah mereka mengalami keterjebakan, karena disatu-sisi lingkungan kerja
mereka selama ini hanya mengakui organisasi tadi dan bukan PERSAKMI, akhirnya “memaksa”
mereka baik individu maupun kelompok untuk bergabung didalamnya.
Sehingga ketika ada momentum
RAKERNAS PERSAKMI, kalaupun dipaksakan memiliki target, bagi mereka RAKERNAS
PERSAKMI hanyalah sebagai ajang kumpul-kumpul dan temu alumni SKM lainnya, baik
yang berasal dari satu institusi/kampus, atau bahkan hanya dalam rangka
mempererat hubungan emosional antara sesama SKM.
PENYUSUP Moderat
Berbeda dengan kelompok golongan sebelumnya,
golongan ini paling tidak memiliki beberapa targetan dalam keikutsertaannya di
RAKERNAS PERSAKMI. Minimal mereka yang masuk dalam golongan ini, ketika berada
ditengah-tengah peserta RAKERNAS PERSAKMI, berusaha mengidentifikasi kuantitas
dari anggota PERSAKMI yang tersebar di Seluruh Indonesia. Ini tentu saja masih
berhubungan dengan organisasi lain yang berlabel kelompok ahli kesehatan
masyarakat tadi atau yang sejenis.
Selain itu, keanggotaan kelompok Penyusup
ini pada organisasi tersebut sudah masuk dalam keadaan sadar. Selain karena
didorong sikap yang oportunis, juga keanggotaan mereka pada organisasi diatas
lebih erat hubungannya dengan jabatan mereka hari ini di masing-masing instansi
pemerintah tempat mereka berasal. Namun begitu, niatan untuk identifikasi
kuantitas anggota PERSAKMI pada RAKERNAS masih ada hubungannya dengan
kemungkinan golongan ini untuk beralihatau berpidah keangotaan dan lebih aktif
di PERSAKMI nantinya.
Dengan kata lain, golongan ini senantiasa
berparadigma abu-abu (antara hitam-putih) dalam rangka menilai organisasi
apapun itu bentuknya. Salah satu penyebab dari cara pandang kelompok ini
menjadi demikian ialah traumatik yang berkepanjangan ketika masih menjadi
mahasiswa dan memiliki kesempatan untuk aktif dalam lembaga kemahasiswaan. Bisa
jadi pengalaman traumatik ini berhubungan dengan kekecewaan yang pernah dialami
dalam bentuk apapun.
PENYUSUP Garis Keras
Golongan ketiga ini adalah
golongan yang paling kritis dalam melihat segala hal. Selain karena
mereka-mereka ini sudah sedemikian jauhnya terlibat didalam organisasi selain PERSAKMI
seperti organisasi yang berlabel kelompok ahli kesehatan masyarakat tadi atau
yang sejenis, juga karena mereka ingin melihat PERSAKMI semakin jauh dari rasa
optimisme dan akhirnya mati dengan sendirinya.
Berangkat dari niatan tersebutlah
mereka kemudian hadir dalam RAKERNAS PERSAKMI. Dan untuk itu berbagai upaya
mereka lakukan demi mendapat selembar mandat dalam rangka mewakili PERSAKMI cabang
yang berasal dari daerah tempat dimana mereka berasal. Sejurus dengan itu,
sambil mengasah daya kritis mereka terhadap organisasi sesungguhnya dalam
rangka memberikan masukan yang bersifat membangun sehingga lebih mudah untuk “menyerang”
PERSAKMI baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karena RAKERNAS PERSAKMI kali ini
juga mengagendakan pelantikan pengurus PERSAKMI yang berasal dari beberapa DPD atau
DPC yang berasal dari seluruh Indonesia, bisa jadi golongan ini juga mengkondisikan
masuknya mereka dalam susunan pengurus inti DPD maupun DPC PERSAKMI yang akan
dilantik tersebut. Kondisi ini bisa dipahami dalam rangka turut serta berperan
aktif dalam merusak organisasi PERSAKMI yang berada di masing-masing daerah di
Indonesia.
PENYUSUP Pokemon-Go
Salah satu permainan online dan hanya
bisa di mainkan pada perangkat seluler yang berbasis augmented-reality ini
sejak peluncurannya sudah diunduh sebanyak 30 Juta kali. Dan menariknya jumlah ini
jauh lebih banyak dari pengguna aktif harian untuk jenis sosial media manapun. Permainan
besutan John Hanke ini akhirnya menciptkan kehebohan sendiri.
Nah, hubungannya dengan RAKERNAS
PERSAKMI terletak pada niatan awal dari masing-masing peserta sebelum mengikuti
kegiatan tersebut. Maksud saya, bisa jadi diantara seluruh peserta RAKERNAS
PERSAKMI yang berasal dari perwakilan DPD dan atau DPC seluruh Indonesia itu, ada saja pihak
atau orang-orang yang berusaha menunggangi kegiatan tersebut untuk mewujudkan
keinginan melengkapi jenis pokemon yang didapatkan atau yang dikoleksi. Salah satunya mungkin karena masih
berstatus trainer kelompok beginner dalam permainan Pokemon-Go.
Disinilah status Penyusup dilekatkan
kepada mereka. Karena keikutsertaan mereka memiliki latarbelakang berganda dan
bukannya berangkat dari tujuan utama untuk melihat PERSAKMI lebih maju
kedepannya serta berangkat dari rasa optimisme yang mulai menguat antara SKM itu
sendiri.
Hasilnya, bisa dibayangkan, untuk
golongan Penyusup ini lebih banyak meninggalkan kegiatan-kegiatan inti dari
RAKERNAS PERSAKMI demi mencari jenis-jenis pokemon untuk ditaklukkan/di-trainer. Dan dengan begitu, tanpa
disadari, mereka juga memberikan kontribusi aktif terhadap kemunduran dari
PERSAKMI. Makanya mereka masuk dalam kategori Penyusup.
*
Akhir kata, tentunya besar
harapan kita, dari semua yang hadir dalam RAKERNAS PERSAKMI ke 6 tahun ini
tidak ada satupun yang berstatus sebagai Penyusup. Jikapun ada, semoga mereka
cepat atau lambat menyadari, bahwa sebuah tindakan sia-sia kiranya kemudian
membendung optimisme yang terbangun dari kami para pemiliki gelar SKM itu
sendiri. Apalagi jika itu kemudian berangkat dari anggapan bahwa PERSAKMI akan
mati dengan sendirinya.
Karena walau umur PERSAKMI masih
tergolong muda, setidaknya dengan optimisme yang terbangun hari ini melalui
kegiatan demi kegiatan yang menyatukan kami akhirnya memberi gambaran seberapa
kuatnya persatuan yang tercipta diatara kami. Dan bukankah hanya SKM-lah yang
paling pantas berbicara tentang SKM itu sendiri, ini juga termasuk hanya SKM
yang pantas menentukan nasibnya sendiri.
WAHAI SKM BERSATULAH!!!
SKM BERSATU TAK TERKALAHKAN!!!