CEMBURU ITU....

Agustus 03, 2016 Mashuri Mashar S.KM 0 Comments


Belum cukup satu purnama sejak pertemuan kala itu, ternyata api cemburu sudah begitu menggejala diantara mereka. Cemburu, bukan tanpa alasan, masing-masing dari mereka menganggap salah satu pihak sedang menghianati hubungan diantara keduanya. Walau jika ditelisik lebih jauh, kecemburuan jenis ini hanya bagian dari reaksi sayang yang sering membuncah dalam bentuk dan kadar yang berbeda. Tapi, entahlah. Namun begitu, tetap saja rasa cemburu itu begitu mengganggu, setidaknya bagi diri yang dilain pihak sudah berusaha setia dengan idealisme dan gagasan yang disepakati sebelumnya.

Ini bukan cerita tentang dinamika hubungan antara tokoh Cinta dan Rangga dalam bentuk hayalan untuk kelanjutan film Ada Apa Dengan Cinta berikutnya. Namun, sekali lagi, ini tentang PERSAKMI yang kemarin telah usai dengan kegiatan RAKERNAS-nya. Pasca RAKERNAS kemarin, ternyata PERSAKMI kembali coba sedikit “digelitik” dengan hembusan issue PERSAKMI telah memecahbelah SKM di Indonesia. inipun akhirnya memicu reaksi yang berbeda dari berbagai pihak. Bagi saya, digelitik itu merupakan kecemburan yang berbeda dalam kadar tertentu.

Jauh hari sebelum PERSAKMI melakukan RAKERNAS VI, ditempat yang berbeda telah dilaksanakan pertemuan Asosiasi Perguruan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia. Pertemuan ini sendiri membahas permasalahan yang berhubungan dengan kurikulum yang akan diberlakukan di FKM seluruh Indonesia. Walau kegiatan tersebut sendiri juga akhirnya tidak diikuti oleh PERSAKMI, namun tingkat keseriusan dari kegiatan yang dilaksanakan di Padang tersebut bisa dilihat dari beberapa hal yang dilahirkan.

Misalnya, 8 Kompetensi dasar yang diharapkan menjadi bagian dari calon SKM ketika menyelesaikan studinya. Melalui 8 kompetensi tersebut diharapkan seorang SKM mampu menjadi seorang profesional. Namun begitu, disatu sisi, bentuk seorang SKM profesional yang diharapkan masih sedemikian kaburnya- jika kata tidak ada sejatinya harus dihindari. Ada beberapa penyebab dari hal ini yang secara panjang kali lebar sudah coba saya jelaskan disini dengan segala keterbatasan saya juga tentunya.

Persoalannya kemudian adalah, setelah mereka-dalam hal ini pihak yang tidak secara pasif- terlibat dalam penentuan segi profesionalisme SKM, justru bisa jadi, mereka jugalah yang kemudian terjebak dalam kecemburuan yang membuncah tadi. Dan semoga ini hanya syak prasangka kami saja, semoga. Sebagai catatan, saya lebih menyukai menggunakan kata cemburu dibandingkan kata mengganggu jika diperhadapkan dalam kondisi dampak dari isi pernyataan yang kurang lebih berbunyi: “ PERSAKMI memecahbelah SKM”.

Karena ini adalah bentuk dari sebuah kecemburuan, bagaimana harusnya kita –SKM yang tergabung dalam PERSAKMI- menanggapi hal tersebut. Kali ini saya menawarkan beberapa pilihan untuk itu. Namun bukan bermaksud untuk mengajak mereka –pihak tadi- untuk kemudian vis a vis yang lebih cenderung kepada kekerasan. Karena kekerasan selamanya hanya berdampak buruk pada peradaban itu sendiri.

Yang pertama, kita bisa menanggapi kecemburuan tersebut dengan melakukan introspeksi terhadap PERSAKMI. Sepertihalnya  sepasang muda-mudi yang sedang dimadu kasih, ketika ada satu pihak yang sedang cemburu, bisa jadi karena dia sedang menarik perhatian pasangannya. Makanya diperlukan untuk melakukan introspeksi. Tapi untuk muda-mudi yang belum memiliki pasangan ini tidak berlaku, karena kiasan ini terlalu menyiksa, eh, maksud saya sulit dibayangkan, bukan?plis, jangan paksa diri anda untuk itu.

Lanjut, melalui instrospeksi tadi, akhirnya pasangan tersebut bisa saling berbicara dari hati ke hati. Setidaknya, baik pihak yang sedang dibakar api cemburu, maupun yang sedang dicemburui saling terbuka antara satu dengan yang lain.

Hal ini juga bisa dilakukan oleh PERSAKMI sebagai sebuah organisasi SKM. Dengan akhirnya “memaksa” diri untuk introspeksi, setidaknya gagasan PERSAKMI Rumah SKM justru semakin dipertegas. Dalam artian, untuk organisasi seperti PERSAKMI yang sebenarnya masih terbilang muda, seharusnya kembali mempertanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan peran PERSAKMI terhadap SKM itu sendiri. misalnya, sejauh mana PERSAKMI mengambil bagian secara aktif dalam upaya meningkatkan segala hal positif/kebaikan yang berhubungan dengan SKM di masyarakat.

Atau, bisa juga, dengan dicemburui akhirnya SKM se-Indonesia menjadi terkonsolidasi sedemikian bagusnya. Ini juga sebenarnya penting, selain karena dengan pemilihan jargon RUMAH SKM, dimana terminologi Rumah adalah tempat bernaung yang memberikan perlindungan, juga akhirnya kita tidak bisa menutup mata akan kondisi beberapa daerah yang belum memiliki Pengurus Daerah PERSAKMI. Dan disinilah juga pentingnya sebuah kondisi Introspeksi yang berujung penguatan konsolidasi.

Hal kedua yang bisa dilakukan untuk menanggapi ketika dicemburui adalah mempertanyakan eksistensi hubungan tersebut. Kembali pada analogi cemburu pada sebuah hubungan muda-mudi, secara bersamaan terkadang rasa cemburu itu juga muncul pada kondisi yang tidak tepat. Sebagai contoh, seseorang yang cemburu pada orang lain yang bukan menjadi pasangannya ketika sedang menjalani proses pernikahan.

Secara umum, rasa tidak ada yang salah dengan rasa cinta walau akhirnya berakhir dengan kecemburuan. Namun letak kekeliruannya terletak pada seberapa maksimal usaha dari orang yang sedang dibakar api cemburu tersebut dalam memperjuangkan rasa cinta tadi. Dengan asumsi bahwa rasa cinta tersebut adalah sebuah hal yang suci, sori bukan maksud saya untuk membahas cinta yang bagi sebagian orang adalah hal yang remeh-temeh, namun sekali lagi ini hanya sebuah analogi.

Karena jika dihubungkan dengan PERSAKMI dicemburui aktifitas yang melibatkan SKM, bukankah ini adalah aktualisasi kepemilikan tersirat cinta?. Dalam artian, pihak yang cemburu terhadap PERSAKMI , merasa sebegitu mencintai SKM, sehingga beranggapan hanya mereka yang berhak atas SKM itu sendiri. Untuk kondisi ini, ada dua kelemahannya. Pertama, apakah SKM yang menjadi bagian dari pihak tadi sudah merasa mewakili SKM diseluruh Indonesia, sehingga kecemburuan terhadap SKM yang tergabung dalam PERSAKMI wajar adanya?.   

Kelemahan kedua, pantaskah kecemburuan terhadap PERSAKMI dilontarkan oleh pihak yang bisa jadi kebetulan ada kata-kata kesehatan masyarakatnya didalamnya, sedangkan disatusisi dari segi penamaan saja bisa jadi sangat berbeda dengan PERSAKMI, kalaupun ada kesamaan, paling tidak hanya kata kesehatan masyarakat (saja).

Kembali pada pantaskah rasa cemburu tadi,  bagi saya, PERSAKMI seharusnya mengambil sikap mendiamkan saja. Dalam artian, ketika kita (PERSAKMI) membiarkan kecemburuan tersebut secara sepihak, setidaknya PERSAKMI mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan secara tidak langsung oleh mereka.

Dan yang terakhir, setelah melakukan introspeksi dan menakar tingkat kepantasan rasa cemburu pihak lain, PERSAKMI bisa akhirnya tertawa melihat mereka. Setidaknya ada tiga alasan, kenapa rasa cemburu pihak tadi pantas ditertawakan. Pertama, terlihat jelas kepanikan dari mereka terhadap tingkat soliditas SKM yang dari hari-kehari semakin terjaga serta menuju kearah yang positif.

Alasan kedua, pihak yang cemburu tadi, hanya memperlihatkan tingkat produktifitas yang sengat menyedihkan, karena ditengah kondisi bahwa derajat kesehatan masyarakat semakin hari semakin tidak menjadi lebih baik, justru mereka hanya sibuk mempersoalkan PERSAKMI sebagai organisasi. Sehingga mereka menjadi gamang membedakan antara, tujuan dan alat dalam rangka turut serta mengambil peran untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Dan alasan ketiga, dengan mencemburui PERSAKMI, justru menjadikan nama PERSAKMI semakin mengambil tempat tersendiri. Setidaknya ini bisa jadi sebuah nilai tambah bagi organisasi yang memiliki jam terbang sedikit, atau dengan kata lain masih muda. Karena itulah, rasa cemburu ini menjadi sedemikian lucunya.

*

Akhir kata, tulisan ini muncul, sekali lagi tidak untuk memposisikan PERSAKMI berhadap-hadapan dengan pihak yang cemburu tadi. Tulisan ini muncul, niatannya untuk melihat dari sisi yang berbeda terhadap ocehan yang mengatakan PERSAKMI sudah memecahbelah SKM. Karena jika mau jujur, bagi saya PERSAKMI sebagai organisasi, selain tempat berkumpulnya SKM yang memiliki idealisme yang sama, juga hanya merupakan alat dan bukannya tujuan.


Karena PERSAKMI hanya adalah alat, sudah selayaknya kita mempergunakan alat masing-masing untuk turut serta mengambil peran secara aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karena saya tetap percaya, bahwa sebagai tenaga kesehatan, yang menjadi tujuan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.