KAMI TAU HARUS BAGAIMANA BUNG!!!
Kita
bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu
berguna
Kenapa maksud baik dan maksud
baik bisa berlaga
Orang berkata : “Kami punya
maksud baik”
Dan kita bertanya : “Maksud baik
saudara untuk siapa ?”
Sajak: Pertemuan
Mahasiswa- Rendra (1977)
Kami tersentak, sekaligus
terhenyak, mendadak tersebar melalui viral, secarik resep obat yang sedikit
aneh. Ini aneh, bukan karena jenis obat yang dituliskan merupakan varian obat
palsu. Atau bukan juga karena obat tersebut sudah memakan korban jiwa. Namun, karena
resep obat tersebut dikeluarkan oleh seseorang; atau sebut saja oknum yang memiliki latar belakang
Sarjana Kesehatan Masyarakat. Walau bagi masyarakat awam, kata obat dianggap
setali dengan kesehatan itu sendiri, jadi sekilas ini bagi mereka biasa-biasa
saja.
Namun bagi kami, laku oknum
tersebut bukan hal yang lumrah atau lebih tepatnya merupakan bentuk khianat tugas dari
seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat. Alasannya, karena dengan adanya kata
masyarakat diakhir gelar kesarjanaan itu sendiri, mengisyaratkan lingkup kerja kami adalah kumpulan individu-individu di dalam masyarakat, dan disaat bersamaan selembar resep obat
hanya bekerja pada satu individu (saja). Meskipun kejadian tersebut masih perlu
sebuah kajian mendalam, minimal latar belakang sehingga muncul “inisiatif” dari
oknum SKM tadi.
Bahwa kemudian “inisiatif” oknum tadi
merupakan sebuah bentuk kekeliruan yang fatal, kami dengan tegas menyatakan
setuju, walau begitu kami juga menolak jika kemudian masalah ini membuat kalian
semakin menganggap komitmen persatuan kami yang dilandasi sebuah idealisme merupakan
sebuah ruang hampa tanpa penghuni. Karena bagi kami, kalian juga sebenarnya sangat
membutuhkan kami, dan itu kalian malu untuk mengakuinya.
Perlu kami tegaskan disini,
inisiatif oknum tadi sebenarnya tidak berdiri sendiri. Setidaknya, bisa jadi
ini merupakan sebuah fenomena gunung es, yang muncul hanya satu dua kasus saja,
dan sebenarnya lebih banyak kejadian di masyarakat seperti itu. Misalnya, bisa
jadi oknum tadi sehingga akhirnya berinisiatif untuk menulis sebuah resep obat,
sebenarnya karena diperhadapkan pada dua kondisi yang saling berhubungan, pertama,
karena pengetahuan dasar yang dimiliki oleh oknum tadi sebelum menjadi SKM, bisa jadi berprofesi sebagai perawat atau bidan, dan yang kedua, karena angka kunjungan
fasilitas kesehatan tempat oknum tadi bertugas mengalami jumlah kunjungan yang
membludak. Tentunya kita masih ingat bagaimana jumlah pasien di Puskesmas
Majalaya Baru, Kabupaten Bandung.
Mungkin kalian merasa sebagai
pihak yang paling dirugikan atas inisiatif dari oknum tadi, sepertihalnya kami seringkali merasa dirugikan ketika kalian dalam kesadaran penuh berusaha dengan
sungguh-sungguh membajak ruang lingkup kerja kami di lain pihak. Sehingga rasa
kecewa kalian, kami bisa pahami, jadi jangan khawatir.
Terlepas dari kejadian kemarin
dimana inisiatif oknum tadi yang kesannya menyandera ruang lingkup kerja kalian
dan atau ruang lingkup kerja kami yang kalian juga sering bajak, setidaknya
kejadian ini membuka mata masing-masing dari kita.
Misalnya, tidakkah pernah kalian
bertanya kepada kami, tentang seberapa besarnya kekecewaan kami terhadap kalian
yang dengan kesadaran penuh berusaha membajak ilmu kesehatan masyarakat. Dan dengan
kejadian ini pun membuat kami tersadar bahwa antara kami dan kalian ternyata
memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Sebagai contoh, kami yang merupakan
hasil reproduksi kalian, akhirnya dari muasalnya terbuka untuk masuknya dari
berbagai latar belakang keilmuan. Bukankah ini salah satu bukti bahwa jika
jenis aliran darah yang mengalir dalam tubuh kami awalnya merupakan pembauran
dan tidak murni. Ini kita belum berbicara antara kami dan kalian sebenarnya
hanya berhubungan secara kebetulan dan bukan murni hubungan genetika.
Atau, kemudian, kami bertanya,
kenapa kalian hingga saat ini belum jemu untuk terus mengurusi kami, sedangkan
jika mau jujur, kami sudah bukan seperti seorang anak ingusan yang masih banyak
bergantung sama orang tua yang sebenarnya berstatus orang tua angkat. Bukan maksud
kami untuk durhaka dan melupakan amalan baik kalian terhadap kami, namun sekali
lagi ini soalnya pada jati diri kami sesungguhnya.
Contoh lain, yang masih juga
terjadi beberpa waktu lalu, ketika kalian menuduh kami memecahbelah. Bukankah ini
contoh lain dari bentuk kepanikan kalian, dan secara tidak sadar menjadi seperti
laku cinta monyet sepasang muda-mudi dimana cemburu menjadi menu setiap saat
diantara mereka. Jadi, apa sebenarnya yang membuat kalian pantas untuk
menceburui kami, wahai puan dan tuan sekalian. Entoh, kami merupakan produk
kalian beberapa puluh tahun silam.
Kami juga akhirnya mampu dalam
membiakkan diri dengan atau tanpa kalian sebenarnya. Ataukah kalian akhirnya
sadar bahwa kami ini hanya seperti seperti bahan percobaan yang belakangan
ternyata mengalami mutasi genetika. Dan itu sebenarnya diluar perkiraan kalian.
Ayolah bung, nasi sudah jadi bubur, kami sudah berbiak, dan tinggal menunggu
waktu kami kemudian menjadi lebih kuat dari sekarang. Maksud kami, karena nasi
sudah jadi bubur, dan supaya itu bisa tetap menarik untuk dimakan, mungkin
biarkan kami mencari beberapa jenis sayur dan sepotong ayam, agar nasi yang
sudah berubah jadi bubur tadi bisa menjadi lebih menarik.
Akhirnya, tanpa bermaksud
membenarkan laku khianat oknum diatas, kami juga ingin mempertegas dengan
kalian, biarkanlah Kami Ber(l)a(n)gam dan Kalian M(e)ono(n)ton, itu saja!!! Karena
pelan tapi pasti pada ujung cerita jati diri kami akan semakin kokoh dan ini
bukan merupakan bentuk dari mutasi genetika. Karena KAMI TAU HARUS BAGAIMANA BUNG!!!
Dan maksud baik sodara untuk siapa??